Wednesday, January 14, 2015

Investasi Tikus Putih : Peluang Pasar Yang Menjanjikan


Berpikir alternatif dalam bisnis sangat penting. Begitulah yang dilakukan oleh peternak tikus. Tidak lazim, tapi kalau menguntungkan? Tikus yang diternak memang bukan tikus biasanya, melainkan tikus putih. Biasa dikenal sebagai Mencit.

Suparno, asli Yogyakarta membuktikan itu.  Bisnis yang begitu berbeda dengan orang lain itu di mulainya sejak tahun 2006. “Awalnya saya cuma menggantikan tikus milik mantan mahasiswa KKN yang pernah tinggal di rumah saya. Nah, karena dia sudah lulus dan mau pulang kampung, akhirnya semua ternak tikusnya dijual pada saya,” kenangnya saat dijumpai Trans Agro di beranda rumanya yang sejuk.

Awalnya Parno, begitu dia biasa dipanggil, tidak mengerti sama sekali. “Saya harus belajar dari nol.”
Setelah belajar tentang pemeliharaan tikus jenis wistar dan swis, tentang perkembangbiakannya,  juga tentang cara memasarkan tikus putih ini, ia mulai beternak tikus  di bagian bangunan rumah yang tidak terpakai.  

Harga tikus ini murah. Dengan uang Rp. 10.000,00 saja sudah mendapatkan seekor indukan tikus yang siap beranak. Biasanya untuk seekor pejantan efektif dengan 4 ekor betina, jadi cukup dengan membeli 4 ekor induk betina dan 1 ekor induk pejantan, sudah cukup untuk memulai usaha ternak tikus ini. Asal tahu saja, “Tiap indukan mampu melahirkan puluhan anakan. Jadi akan cepat berkembang.”

Lalu, kemana dia memasarkannya? “Banyak universitas atau kampus yang membutuhkannya.” Hewan ini biasanya digunakan untuk bahan percobaan di laboratorium. Jadi kebutuhannya cukup tinggi. karena memang banyak kampus yang membutuhkan tadi.

“Awalnya saya tidak menduga akan sebagus ini prospeknya. Tapi kenyataannya ya terbukti, tuh!” Sering, akunya, dia kehabisan barang untuk memenuhi permintaan. Untuk mengantisipasinya saya kerjasama dengan teman yang juga sama-sama peternak tikus.”

Begitu juga Samsul,  biasa akrab dipanggil Samson.  Arek Surabaya ini ketiban untung tikus ini juga. Sudah 6 tahun lamanya dia menekuni. Bahkan sekarang ini, tidak kurang dari 7000 ekor mampu dia produksi perbulannya.

“Soalnya saya kerjasama dengan koperasi.  Kebetulan koperasi ini anggotanya para peternak tikus.” Sejujurnya, jumlah itulah yang mampu dia produksi. “Permintaan riilnya sesungguhnya lebih,” begitu Samsul Bahri.

Coba kita hitung bersama. Jika diasumsikan harga perekor tikus ini Rp. 5 ribu, maka kalikan saja. Tidak kurang dari Rp 35 juta pendapatan dia raup. Sekali lagi ditegaskan, duit sebanyak ini dari tikus.

Antara Mencit dan Rat

Umumnya, tikus putih  yang diperjualbelikan itu ada 2 spesies. Satu yang biasa disebut Mencit, atau Mice (Mus musculus). Dua, yang biasa disebut Rat, (Rattus norvegicus).

Mencit berukuran relatif kecil, bobotnya 25-28 g. Rat sosoknya besar, dengan bobot 250-300 g.

Tikus yang dijual berbagai umur mulai dari 1 minggu, 1 bulan, 2 bulan, dan dewasa di atas 3 bulan. “Harga tikus-tikus itu berdasarkan umur,” kata Parno. Pada 2009 harga mencit umur 1 minggu Rp1.000/ekor; 1 bulan  Rp1.500 ; 2 bulan  Rp2.500 ; dan 3 bulan  Rp3.500 - Rp4.000. Sementara rat lebih mahal, berturut-turut Rp1.500,  Rp3.000, Rp5.500, dan Rp 8.000. 

Pasar mice dan rat ini terbagi dalam dua macam, yaitu pasar untuk para hobiis reptil mania dan pasar untuk kalangan peneliti dari Universitas. “Kedua pasar ini memiliki standar harga yang berbeda,” aku parno renyah. Tentu saja harga tikus untuk pasar Universitas lebih tinggi. Karene tujuannya itu kan untuk penelitian, jadi harganya lebih mahal. Selain itu pasar untuk kalangan peneliti juga menyedot pasar yang begitu besar.  

Sekadar contoh mahasiswa-mahasiswa Kedokteran Hewan di Universitas Gadjah Mada rela membeli minimal Rp12.500 untuk seekor mencit dewasa dan rat Rp20.000,00, bahkan untuk Universitas Indonesia, anggaran untuk mendapat tikus putih besar Rp30.000/ekor. Selisih harga yang cukup besar jika dibanding dengan pasar hobiis yang hargnya tidak lebih dari separonya.

Sertifikasi

Namun, persyaratan tikus putih yang bisa dipasok ke lembaga penelitian lebih rumit ketimbang untuk pakan reptil. “Tikus putih untuk percobaan harus berasal dari peternak yang mengantongi sertifikat.” Sayang, di Indonesia lembaga yang berwenang memberikan sertifikasi itu belum ada. Akhirnya jalan pintas ditempuh. “Minimal indukan bersertifikasi, yaitu jelas jenis dan asal-usulnya.” Indukan-indukan seperti itu biasanya didatangkan dari Jepang, Australia, dan Amerika Serikat.

Persoalan selesai? Ternyata masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dirampungkan. Tikus-tikus percobaan diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan, bobot, dan tingkat keseragaman tinggi. Artinya semua itu menyangkut persoalan budidaya seperti kebersihan kandang, perawatan, dan pakan. “Memang lebih sulit untuk menembus pasar Universitas,” akunya. Tapi, hal itu ditebus dengan harga yang cukup tinggi tadi.

“Kalau bisa tembus, saya dengan mudah melipatgandakan produksi mencit maupun rat,” tuturnya. Parno mampu panen 400-800 ekor mencit dalam setiap bulannya. Semua habis terjual untuk memenuhi kebutuhan para hobiis dan untuk kebutuhan penelitian.  (Uva)

Teknik Budidaya Gampang

Kesehatan tikus itu sangat penting, karena sangat terkait dengan produktifitas tikus itu sendiri. Menurut Parno, kandang tikus itu harus kering. Karena kandang yang basah dan lembab itu akan jadi sumber penyakit.

“Untuk menjaga agar kandang tetap kering itu dengan menggunakan litter (alas) bisa dari sekam ata serbuk gergaji,” akunya membagi rahasia pemeliharaan tikus pada Trans Agro.  Setiap minggu sekali litter harus diganti dengan yang baru, untuk menjaga kebersihannya. Sedangkan untuk tempat hidup tikus itu menurutnya sebaikanya dari kotak plastik.  Ukurannya sekitar 60 cm x 50 cm atau lebih besar.  Di atasnya   ditutup dengan kassa kawat.

Lalu untuk air minumnya dibuat dari botol dot.  Karena tikus itu sangat butuh air untuk menjaga kondisi kesehatannya. “Botol ini bisa dibuat sendiri atau juga bisa beli ditempat peralatan hewan,” tuturnya.

Untuk masalah perkawinan 1 ekor pejantan  efektif bisa mengawini 6-8 ekor betina. “Kalau saya biasa memasangkan 2 jantan untuk 8 betina.”

Setelah masa perkawinan selesai biasanya tikus bisa bunting-beranak selama 3-5 minggu tergantung pakan, sama tingkat kesuburan. Nah, kalau sudah beranak jangan pisahkan dengan induk, jangan dipegang-pegang, karena anak tikus masih sangat rentan dan mudah mati. Jangan lupa pisahkan dengan pejantan, karena bisa dimakan oleh si pejantannya.
 Biasanya dari 15 ekor anak ada 10 ekor yang hidup, bahkan juga bisa lebih banyak lagi. Hal yang perlu diingat adalah pakan tidak boleh kekurangan, minum harus cukup. Karena kalau induk kekurangan pakan, bisa-bisa induk memangsa anak sendiri. Jadinya kan peternak juga yang rugi.

Bila  anak sudah 4 minggu bisa dipisahkan dari induk dan dipelihara secara berkelompok dengan tikus lain.

Untuk keterangan lebih lanjut hubungi :
Suparno (peternak mencit)
Sewon, Bantul, DIY.

Analisis Usaha Ternak Mencit dalam 1 Tahun

A.    Modal Awal/Investasi     
        - Indukan 3000 ekor                                  Rp   30.000.000,00
        - kandang                                                   Rp   15.000.000,00
B.     Operasional (pakan dan lainnya)           Rp   15.000.000,00 
C.    Pendapatan   
        - Anakan 1.000x12x10.000                       Rp       120.000.000,00
        - Afkir 3000xRp. 7.500                             Rp        22.500.000,00
                                                                               Rp   142.500.000,00 
D.    Keuntungan
           142.500.000-60.000.000                                 Rp.  127.500.000,00

    Semoga artikel diatas dapat menjadi manfaat dan tambahan ilmu bagi para pembaca sekalian

    Link Sumber

    Investasi Tikus Putih : Peluang Pasar Yang Menjanjikan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Zona A

    0 comments:

    Post a Comment